Peranan Tokoh Pejuang dan Masyarakat dalam Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Peranan Tokoh Pejuang dan Masyarakat dalam Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia  di Masa Penjajahan Belanda
 
A. Masa Penjajahan Belanda

  • Awal mula tujuan Belanda datang ke Indonesia untuk berdagang rempah-rempah. 
  • Belanda datang ke Indonesia pertama kali melewati jalur kutub utara. Karena tidak berhasil kemudian mencari jalur lain yaitu Tanjung Harapan. Dan pada tanggal 22 Juni 1596 sampai di Pelabuhan Banten. Rombongan dipimpin oleh Corneulis de Houtman
  • Kedatangan yang kedua rombongan dipimpin oleh Jacob van Neck
  • Yang ketiga dipimpin oleh Warwijk

Penjajahan VOC atas Indonesia dimulai karena ekspedisi ke wilayah Nusantara oleh Cornelis de Houtman
Corneulis de Houtman

Pada tahun 1598, Belanda dibawah pimpinan Van Neck dan Warwijk datang kembali ke Nusantara yaitu ke Banten. Rupanya kedatangan mereka berdua membawa hasil yang baik. Sejak saat itu banyak sekali orang Belanda yang berlomba-lomba datang ke Nusantara. Persaingan antar pengusaha dagang semakin ketat.
Jacob van Neck

1. VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
 Gubernur Jendral Pieter Both
  • Didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 oleh Gubernur Jendral Pieter Both di Ambon.
  • VOC artinya Persatuan Dagang Hindia Timur atau kongsi dagang Belanda di Indonesia.
  • Tujuan didirikan VOC adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dan melawan pesaing-pesaingnya, baik dari dalam maupun luar negeri (Portugis, Inggris dan Spanyol)  

  • VOC mempunyai 5 hak monopoli di Indonesia, yaitu:   
          a. Membuat perjanjian dengan raja-raja
          b. Menyatkan perang dan
              mengadakan perdamaian
          c. Membuat senjata dan mendirikan benteng
          d. Mencetak uang
          e. Mengangkat dan memberhentikan pegawai  
  • Arti monopoli perdagangan rempah-rempah adalah rempah-rempah hanya boleh dijual kepada VOC dengan harga yang ditentukan VOC.
  • Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jendral, VOC dipindahkan dari Ambon ke Jayakarta tanggal 31 Mei 1619, alasannya adalah letak Jayakarta lebih strategis bagi pelayaran perdagangan dan lebih dekat dengan Tanjung Harapan.
  • Belanda dengan mudah dapat menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia dengan menjalankan politik adu domba.
  • VOC dibubarkan 31 Desember 1799 karena mengalami kebangkrutan.

Setelah VOC dipindahkan ke Jayakarta (Jakarta) dan membangun benteng yang bernama Batavia. JP. Coen membawa VOC semakin berkembang pesat. Pegaruh VOC di Jayakarta semakin menguat. Akhirnya, JP. Coen berhasil membujuk Pangeran Jayakarta untuk mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia

VOC mengalami kemunduran pada akhir abad ke 18 di Eropa. Kebangkrutan VOC itu disebabkan antara lain, karena:
  • banyak terjadi korupsi di antara pejabat VOC
  • manajemen (pengaturan) yang lemah
  • hutang VOC yang sangat banyak, dan
  • menyusutnya keuangan gara-gara banyak melakukan perang terhadap penduduk pribumi
Kerja Paksa dan Tanam Paksa.

  • Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte (Kaisar Perancis) berhasil menaklukkan Belanda. Kemudian mengubah bentuk pemerintahan dari Republik menjadi kerajaan.
  • Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral Belanda di Indonesia, tujuannya mempersiapkan diri menghadapi serangan Inggris.

  • Daendels membuat jalan raya yang sangat panjang (terbentang dari Anyer Banten sampai Panarukan Jawa Timur), tujuannya adalah untuk mempercepat pergerakan pasukan Belanda bila terjadi peperangan.
  • Daendeles memerintahkan rakyat Indonesia bekerja paksa tanpa upah untuk membuat jalan raya. Kerja paksa itu disebut kerja rodi.
  • Rakyat Indonesia sangat menderita, banyak korban akibat kerja paksa.
  • Salah seorang yang menentang kerja paksa itu adalah Pangeran Kusumadinata dari Sumedang.
  • Kekejaman Daendeles didengar Napoleon, dan tahun 1811 Daendelles dipanggil ke Belanda digantikan Jansen.

1. Tanam Paksa (Cultuurstelsel)

  • Tahun 1830, Johannes van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jendral menggantikan Van Der Capellen. Diberi tugas mencari uang guna mengisi kas negara Belanda yang kosong akibat perang.
  • Van den Bosch memberlakukan tanam paksa atau cultuur stelse, yaitu mengerahkan tenaga rakyat untuk menanam tanaman yang hasilnya dapat dijual di pasaran dunia. Seperti:  kopi, teh, tembakau, tebu dan lain-lain.
  • Pelaksanaan tanam paksa tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Pihak Belanda bertindak sewenang-wenang, hasil tanaman rakyat dibayar dengan harga sangat murah.
  • Tanam paksa juga menimbulkan penderitaan bagi rakyat. Tidak sedikit rakyat yang mati kelaparan. Tapi sebaliknya Belanda sangat beruntung karena kas negara terisi kembali.

  • Aturan tanam paksa antara lain:
  1. Penduduk desa diwajibkan menyediakan 1/5 tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di pasaran Eropa
  2. Tanah yang dipakai untuk tanaman yang diwajibkan ini dibebaskan dari pajak.
  3. Hasil tanam wajib itu harus diserahkan kepada Pemerintah Belanda.
  4. Kerusakan-kerusakan yang tidak dapat dicegah oleh petani menjadi tanggungan pemerintah.
  5. Pekerjaan yang dilakukan untuk menanam tanaman wajib tidak boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
  6. Yang bukan petani harus bekerja 66 hari setahun bagi Pemerintah Belanda.
  •  Penentang Tanam Paksa: orang Belanda yang menentang tanam paksa adalah Douwes Dekker dan Pendeta Van Houvel.



  • Douwes Dekker adalah mantan asisten residen Lebak, mengecam tanam paksa melalui bukunya yang berjudul Max Havelaar. Dalam bukunya Douwes Dekker memakai nama samaran Multatuli. Dalam bukunya diceritakan tentang penderitaan rakyat Indonesia akibat tanam paksa, selama 31 tahun bangsa Indonesia mengalami keterbelakangan dan kebodohan.
  • Douwes Dekker mendesak pemerintah Belanda agar tanam paksa dihapuskan dan akhirnya setelah melalui perdebatan di parelemen Belanda tanam paksa dihapuskan secara bertahap.
  •  
2. Kerja Paksa dan Penarikan Pajak


  • Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte (Kaisar Perancis) berhasil menaklukkan Belanda. Kemudian mengubah bentuk pemerintahan dari Republik menjadi kerajaan.
  • Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral Belanda di Indonesia, tujuannya mempersiapkan diri menghadapi serangan Inggris.

  • Daendels membuat jalan raya yang sangat panjang (terbentang dari Anyer Banten sampai Panarukan Jawa Timur), tujuannya adalah untuk mempercepat pergerakan pasukan Belanda bila terjadi peperangan.
  • Daendeles memerintahkan rakyat Indonesia bekerja paksa tanpa upah untuk membuat jalan raya. Kerja paksa itu disebut kerja rodi.
  • Rakyat Indonesia sangat menderita, banyak korban akibat kerja paksa.
  • Salah seorang yang menentang kerja paksa itu adalah Pangeran Kusumadinata dari Sumedang.
  • Kekejaman Daendeles didengar Napoleon, dan tahun 1811 Daendelles dipanggil ke Belanda digantikan Jansen.

4. Perjuangan Melawan Penjajah Belanda Sebelum Kebangkitan Nasional

A. Thomas Matulessi atau Pattimura

  • Dilahirkan di Pulau Saparua, Maluku pada tahun 1783
  • Pada pemerintahan Inggris dia masuk dinas militer dan berpangkat sersan.
  • Tahun 1816 Belanda menguasai Maluku kembali. Maluku adalah penghasil rempah-rempah utama.
  • Maksud Belanda datang kembali adalah agar rempah-rempah harus dijual kepada pedagang Belanda, tidak boleh pada pedagang lain dan harga juga ditentukan oleh Belanda.
  • Untuk mencegah perdagangan gelap diadakan pelayaran Hongi. Tujuannya adalah mengawasi setiap pulau dalam pelayaran perniagaan dan membinasakan rempah-rempah yang dianggap berlebihan.
  • Belanda mengangkat Van den Berge sebagai residen di Saparua. Serdadu-serdadu Belanda ditempatkan di benteng Duurstede. Van den Berg memaksa pemuda-pemuda Maluku menjadi serdadu yang akan dikirim ke Jawa dan dipaksa kerja rodi, akibatnya rakyat menderita.
  • Karena tidak tahan dengan perlakuan Belanda yang sewenang-wenang, maka muncullah perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Pattimura.
  • Tanggal 16 Mei 1817 rakyat Maluku dipimpin Pattimura menyerbu benteng Duurstede, kekuatan Belanda dilumpuhkan dan Van den Berg mati terbunuh.
  • Kekalahan menyebabkan Belanda mengirim pasukan yang lebih banyak di bawah piminan Laksamana Buykes, dan berhasil menguasai daerah Hitu, Haruku dan Saparua.
  • Karena kekuatan tidak seimbang akhirnya Pattimura dan pasukannya terdesak dan tertangkap.
  • Pattimura dibantu oleh: Christina Martha Tiahahu, Thomas Patiwael Lucas Litumahina, dll. 
B. Tuanku Imam Bonjol

  • Nama asli Tuanku Imam bonjol adalah Peto Syarif. Ia dikenal pula dengan nama Muhammad Shahab.
  • Lahir tahun 1772 di Tanjung Bunga, Sumatera Barat. Karena bertempat tinggal di Bonjol maka disebut Imam Bonjol.
  • Abad ke-19 di Minangkabau terjadi perselisihan paham antara kaum Paderi dan Kaum Adat.
  • Kaum Paderi adalah golongan pemeluk agama Islam dan tidak dipengaruhi adat kebiasaan.
  • Kaum adat adalah golongan yang sudah memeluk agama Islam tetapi masih banyak dipengaruhi adat kebiasaan.
  • Adat kebiasaan: menyabung ayam, minum-minuman keras, berjudi dll.
  • Permasalahan: kaum paderi menentang adat kebiasaan kaum adat.
  • Tuanku Imam Bonjol adalah pemimpin Kaum Paderi, ia menggantikan kedudukan Datuk Badaro dan melakukan pertemuan dengan kaum adat. Dalam pertemuan itu, kaum adat terdesak.
  • Tahun 1821, kaum adat meminta bantuan kepada Belanda, sehingga Belanda dapat menduduki beberapa daerah di Sumatera Barat.
  • Tahun 1821-1827 terjadi Perang Paderi, yaitu perang antara Belanda dan kaum Paderi.
  • Tahun 1821, Tuanku Pasaman mengerahkan ribuan rakyat menyerbu pos Belanda di Semawang, Sulir Air, Sipinang dan tempat lainnya.
  • Senjata yang digunakan rakyat: tombak, parang, golok dan lain-lain, sedang Belanda meriam dan senjata modern lainnya.
  • Tahun 1822, Belanda berhasil menguasai Bonjol. Dalam perang Paderi, Belanda menggunakan siasat benteng yaitu di daerah yang sudah dikuasai dibangun benteng pertahanan, seperti Benteng Fort de Kock di Bukittinggi.
  • Kaum adat menyadari bahwa Belanda mengadu domba belaka. Kemudian kaum adat dan paderi bersatu. Akhirnya Belanda dapat dipukul mundur dan Bonjol dapat dikuasai kembali.
  • Bersatunya kaum Adat dan Paderi membuat Belanda khawatir, dan akhirnya mengeluarkan pernyataan yang disebut "Plakat Panjang", yang isinya:
  1.  Tanam paksa dengan kerja paksa bagi masyarakat Minangkabau
  2. Kepala-kepala daerah akan digaji
  3. Belanda bertindak sebagai penengah apabila terjadi perselisihan (Kaum Adat dan Paderi)
  • Tahun 1837 Belanda di bawah pimpinan Letnan Kolonel Michels kembali menyerang Bonjol. Pasukan Imam Bonjol terdesak. Akhirnya Imam Bonjol terpaksa mengadakan perundingan dengan Belanda, namun perundingan gagal. Pertempuran terjadi dan benteng Bonjol jatuh ke tangan Belanda.
  • Tanggal 25 Oktober 1837 Imam  Bonjol berhasil ditangkap dan ditahan dan diasingkan ke Cianjur, kemudian ke Ambon dan kemudian ke Manado.
  • Tanggal 6 November 1864 Imam Bonjol wafat dan dimakamkan di Desa Pineleng, Manado.
C. Pangeran Diponegoro

  • Lahir di Yogyakarta tanggal 11 November 1785, beliau adalah putra Pangeran Adipati Anom (Sultan Hamengkubuwono III). Nama kecilnya adalah Raden Mas Ontowijoyo.
  • Pangeran Diponegoro meninggalkan istana dan tinggal di Tegalrejo, Yogyakarta karena kecewa dengan keadaan istana saat Sultan Hamengkubuwono V berkuasa. Di desa itu ia lebih memusatkan perhatiannya untuk agama, adat dan kerohanian.
  • Pangeran Diponegoro menyadari benar bahwa kemerosotan bangsa dan negaranya adalah akibat adanya penjajahan Belanda. Alasan lain yang mendorong Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan terhadap Belanda sangat banyak. Kerajaan Mataram yang demikian besarnya pecah menjadi 4 kerajaan kecil akibat campur tangan Belanda, yaitu Kerajaan Yogyakarta, Kerajaan Surakarta, Kerajaan Paku Alam, dan Kerajaan Mangkunegaran. Bahkan Patih Kerajaan Yogyakarta yang bernama Danureja mendukung penjajahan Belanda. Ia turut serta memeras rakyat.
  • Belanda bermaksud membuat jalan kereta api yang melintasi tanah makam leluhur Pangeran Diponegoro. Patih Danurejo atas perintah Belanda memasang patok di atas tanah tersebut tanpa seizin Pangeran Diponegoro.
D. Pangeran Antasari
  • Ketika kerajaan Banjarmasin (Kalimantan Selatan) diperintah oleh Sultan Adam (1825-1857), kerajaan tersebut cukup makmur. Sehingga Belnda bermaksud merebut kerajaan tersebut.
  • Usaha pertama yang dilakukan adalah mengadakan monopoli dagang, kemudian dilanjutkan dengan mencampiri urusan kerajaan.
  • Rakyat menentang kedatangan Belanda di Banjar. Rakyat menuntut Pangeran Hidayat diangkat menjadi Sultan Muda sebagai calon pengganti raja. Namun Belanda justru mengangkat Tamjidillah sebagai sultan muda.
  • Tahun 1860 jabatan sultan muda dan mangkubumi dihapus oleh Belanda, dan pada tahun yang sama sultan Tamjidillah tidak mampu memerintah lagi. Dan akhirnya Banjar sepenuhnya diperintah oleh Belanda. Akibatnya timbul pemberontakan rakyat banjar di bawah pimpinan Pangeran Hidayat.
  • Perlawanan juga lancarkan pada masa pemerintahan Sultan Amir, namun kalah dan Sultan Amir dibuang ke Ceylon (Srilanka).
  • Tahun 1858 di bawah pimpinan Pangeran Antasari, rakyat melanjutkan perang dan berhasil menyerang pos-pos pertahanan Belanda. Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayat, Kyai Demang Leman, Haji Nasrun, Haji Buyasi dan Kyai Langlang.
  • Tahun 1862 Pangeran Hidayat tertangkap dan dibuang ke Jawa menyusul tertangkapnya Kiai Demang Lemang. Namun Kyai Demang Lemang dapat meloloskan diri dan melanjutkan perlawanan.
  • Tanggal 11 Oktober 1862 Pangeran Antasari wafat karena cacar. Dimakamkan di Banjarmasin dan diberi gelar Amirudin Khalifatul Mukminin.
E. Perlawanan Rakyat Buleleng
  • Sekitar abad ke-19 di Bali telah berdiri beberapa kerajaan seperti: Buleleng, Karangasem, Badung dan Gianyar.
  
Perang Puputan
  • Rakyat Bali di bawah pimpinan Patih Gusti Ketut Jelantik mengadakan perlawanan habis-habisan (perang Puputan)
  • Tahun 1849, Belanda berhasil menguasai Bali utara setelah berhasil menguasai Benteng Jagaraga.

F. Perlawanan Sisingamangaraja XII

  • Tahun 1904, Belanda di bawah pimpinan Kapten Cristofefel menyerang pusat pertahanan Sisingamangaraja XII di Pak-pak. Dalam serangan ini Sisingamangaraja XII gugur. Dimakamkan di Taruntung kemudian dipindahkan ke Balige.
G. Perlawanan Rakyat Aceh

Teuku Umar dan Cut Nyak Dien

 Panglima Polim dan Teuku Cik Di Tiro

  • Belanda kembali menyerang aceh di bawah pimpinan Jenderal J. Van Swieten dengan 8000 tentara. Dan akhirnya Belanda dapat menguasai Aceh. Namun rakyat tetap melakukan perlawanan dan muncul tokoh-tokoh seperti Teuku Umar, Panglima Polim, Teuku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien dll.